SUNGGUH indahnya hidup ini bila kita menikah dengan orang yang kita
cintai dan orang itu adalah idaman atau pujaan hati kita. Dunia seolah
hanya milik berdua, begitu terasa indah bagai hidup disurga, taman penuh
bunga semerbak harum mewangi.
Bayangan pendamping idaman sering waktu hadir begitu nyata dalam
keseharian, masa manis dan indah terlewati. Begitu kehidupan rumah
tangga dijalani, berbagai kesulitan dilewati, sang pendamping terlihat
sosok sejatinya. Partner hidup yang tidak simpatik bahkan menyebalkan.
Perilaku buruk mulai terlihat, sangat berbeda dengan yang kita kenal
sebelum menikah dulu.
Sifat yang santun, ramah dan penuh kasih sayang yang dulu ada pada
dirinya, kini seolah sirna, diganti dengan perilaku yang kasar dan keras
menghambur dalam kehidupan sehari-hari sehingga pendamping hidup kita
yang disebut sebagai qurrata a’yun atau penyejuk hati benar-benar
hanyalah impian, sulit untuk diwujudkan.
Padahal Rasulullah mengingatkan kita bahwa salah satu ciri di dalam
keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah adalah adanya kelembutan dan kasih
sayang pada keluarga itu. “Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi suatu
keluarga maka Allah akan memasukkan rasa kelembutan dan kasih sayang
dalam diri mereka.”(HR. Imam Ahmad).
Tercerabutnya kelembutan dan kasih sayang dari dalam seorang suami
atau istri menyebabkan diri mereka bagai ongkokan kebusukan yang
memperkeruh suasana di dalam Rumah tangga. Hilang keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah dari dalam diri pasangan suami istri menyebabkan carut
marutnya sebuah rumah tangga. Akibatnya timbullah prasangka-prasangka
buruk penuh kebencian, ketenteraman telah hilang membuat keluarga
terancam kolaps.
Pendampingku idamanku bukan sosok diluar sana namun meletakkan diri
kita sebagai sosok idaman bagi orang yang kita cintai. Kitalah yang
menjadikan pendamping idaman bagi keluarga kita, Pendamping idaman
adalah sebuah upaya untuk menjaga keluarga kita dari kehancuran. Apapun
yang terjadi, kitalah yang harus berupaya menjaga keluarga agar tetap
utuh, indah dan bahagia. Ada tujuh faktor yang orang sering mengabaikan
yang bisa menyebabkan kehancuran sebuah keluarga. Di antaranya adalah.
Pertama, Akidah yang keliru atau sesat, misalnya
mempercayai kekuatan dukun, magis. Bimbingan dukun bukan saja membuat
langkah hidup tidak rasional, tetapi juga bisa menyesatkan pada bencana
yang fatal.
Kedua, Makanan yang tidak halalan thayyiban. Menurut
hadis Nabi, sepotong daging dalam tubuh manusia yang berasal dari
makanan haram, cenderung mendorong pada perbuatan yang haram juga
(qith`at al lahmi min al haram ahaqqu ila an nar). Semakna dengan
makanan, juga rumah, mobil, pakaian dan lain-lainnya.
Ketiga, Kemewahan. Menurut al Qur’an, kehancuran suatu bangsa dimulai dengan kecenderungan hidup mewah, mutrafin.
وَإِذَا أَرَدْنَا أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا
فَفَسَقُواْ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا
تَدْمِيراً
“Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami
perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya
menta’ati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu,
maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami),
kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.” (QS al
Israa’:16).
Sebaliknya kesederhanaan akan menjadi benteng kebenaran. Keluarga
yang memiliki pola hidup mewah mudah terjerumus pada keserakahan dan
perilaku manyimpang yang ujungnya menghancurkan keindahan hidup
berkeluarga.
Keempat, Pergaulan yang tidak terjaga kesopanannya
(dapat mendatangkan WIL dan PIL). Oleh karena itu suami atau isteri
harus menjauhi berduaan dengan yang bukan muhrim, sebab meskipun pada
mulanya tidak ada maksud apa-apa atau bahkan bermaksud baik, tetapi
suasana psikologis berduaan akan dapat menggiring pada perselingkuhan.
Kelima, Kebodohan. Kebodohan ada yang bersifat
matematis, logis dan ada juga kebodohan sosial. Pertimbangan hidup tidak
selamanya matematis dan logis, tetapi juga ada pertimbangan logika
sosial dan matematika sosial.
Keenam, Akhlak yang rendah. Akhlak adalah keadaan
batin yang menjadi penggerak tingkah laku. Orang yang kualitas batinnya
rendah mudah terjerumus pada perilaku rendah yang sangat merugikan.
Ketujuh, Jauh dari agama. Agama dalah tuntunan
hidup. Orang yang tidak mematuhi agama meski kurang pandai, dijamin
perjalanan hidupnya tidak menyimpang terlalu jauh dari rel kebenaran.
Orang yang jauh dari agama mudah tertipu oleh sesuatu yang seakan-akan
menjanjikan padahal palsu.*
Sumber : http://www.akhwatmuslimah.com