Cerita hari ini sedikit renyah dan gurih untuk dinikmati (ups,
memangnya kerupuk?) saat kajian tafsir Al-Quran. Sebelum pulang, pada
sesi penutupan. Guruku menutup dengan materi yang luar biasa. Kali ini
tentang rezeki. Ya, banyak yang sudah mengetahui, bahkan sudah hafal di
luar kepala. Kalau rezeki, jodoh dan maut itu sudah menjadi ketetapan
Allah. Dan rezeki itu bisa datang dari arah mana saja. Tapi ‘unik’
menurutku, masih banyak di antara kita yang menggantungkan rezeki dari
satu ‘pintu’ saja. Padahal banyak sekali rezeki yang Allah berikan
kepada kita, dan bisa melalui ‘pintu’ mana saja (bukan pintu ke mana
saja si doraemon ya).
Tetapi terkadang kita tidak menyadarinya.
Nah, kali ini tentang rezeki yang akan diceritakan adalah tentang jalan
turunnya rezeki. Selama ini mungkin kita melihat banyak sekali
orang-orang di luar sana yang non muslim, tetapi dilihat dari materi,
mereka bahkan punya materi yang lebih dari kita (sebagian muslim).
Kenapa? Padahal, bukankah katanya maksiat bisa menghambat turunnya
rezeki. Bukannya mereka sering berbuat maksiat? Bukankah mereka bukan
seorang muslim yang mengakui bahwa Allah adalah Illah nya? Kenapa mereka
bisa memiliki rezeki yang lebih, daripada kita sebagai seorang muslim?
Nah, ternyata ada 3 jalan turunnya rezeki… yakni:
1. Rezeki mutlak, yaitu rezeki yang pasti Allah berikan kepada setiap makhluk hidup. Jadi, selagi kita masih hidup, rezeki seperti ini pasti kita dapatkan. Misalnya, banyak orang yang tidak berkecukupan, tetapi masih bisa makan. Walaupun apa dan banyaknya makanan yang dimakan mungkin berbeda.
2. Rezeki yang diusahakan, yaitu rezeki yang didapat ketika kita berusaha. Jika rezeki kita kecil, bisa jadi usaha kita masih kecil. Dan jika rezeki kita besar bisa jadi karena usaha kita yang besar. Tetapi terkadang ada orang yang sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi rezeki nya masih segitu-gitu saja, dengan kata lain masih terbilang kecil. Nah lho? Yach, mungkin kadar rezeki yang ia dapatkan memang hanya sewajarnya untuk dirinya. Dan mungkin, rezeki yang sewajarnya itulah yang bisa membuatnya lebih dekat dengan Allah. Bisa jadi, si penerima rezeki tersebut belum siap dan belum pantas untuk mendapatkan rezeki yang lebih. Dan bisa jadi ketika ia diberikan rezeki yang lebih, ia malah jauh dari penciptanya. (wallahu’alam)
3. Rezeki yang dijanjikan karena amalan baik yang kita lakukan dan karena ketaqwaan kepada Allah. Takwa merupakan salah satu sebab yang dapat mendatangkan rizki dan menjadikannya terus bertambah.
2. Rezeki yang diusahakan, yaitu rezeki yang didapat ketika kita berusaha. Jika rezeki kita kecil, bisa jadi usaha kita masih kecil. Dan jika rezeki kita besar bisa jadi karena usaha kita yang besar. Tetapi terkadang ada orang yang sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi rezeki nya masih segitu-gitu saja, dengan kata lain masih terbilang kecil. Nah lho? Yach, mungkin kadar rezeki yang ia dapatkan memang hanya sewajarnya untuk dirinya. Dan mungkin, rezeki yang sewajarnya itulah yang bisa membuatnya lebih dekat dengan Allah. Bisa jadi, si penerima rezeki tersebut belum siap dan belum pantas untuk mendapatkan rezeki yang lebih. Dan bisa jadi ketika ia diberikan rezeki yang lebih, ia malah jauh dari penciptanya. (wallahu’alam)
3. Rezeki yang dijanjikan karena amalan baik yang kita lakukan dan karena ketaqwaan kepada Allah. Takwa merupakan salah satu sebab yang dapat mendatangkan rizki dan menjadikannya terus bertambah.
Allah Subhannahu wa Ta’ala berfirman yang artinya,
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”(At Thalaq: 2-3)
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.”(At Thalaq: 2-3)
Dari
penjelasan di atas, dapat sama-sama kita simpulkan bahwa rezeki itu,
sudah ditetapkan oleh Allah, hanya saja bagaimana usaha kita menjemput
rezeki itu. Dan tentunya dibarengi dengan ketaqwaan kita terhadap
Pencipta. Jika mereka (non muslim) memiliki rezeki yang lebih, mungkin
karena mereka memaksimalkan jalan yang ke dua (poin ke 2). Tetapi kita
bisa memiliki rezeki yang lebih dari mereka jika kita memaksimalkan poin
ke dua dan ke tiga. Yakni memaksimalkan usaha dan doa serta tawakal
kepada Allah. Serta memperbanyak bertaubat. Bisa jadi, salah satu
penghambat rezeki itu turun karena kita masih banyak berbuat maksiat.
Jika
di atas sudah dikatakan bahwa rezeki itu bisa datang dari arah mana
saja, dan tanpa kita duga. Ya benar sekali. Seperti yang diceritakan
oleh seorang sahabat. Ketika mampir untuk sekadar istirahat dan
menikmati sepotong ice cream bersama teman-temannya di sebuah masjid.
Mereka mencoba mencari posisi yang nyaman untuk duduk. Ketika baru saja
duduk, tiba-tiba ada beberapa orang yang sedang berdiri di depan pintu
tidak jauh dari posisi mereka duduk. Rupanya, di masjid tersebut sedang
diadakan walimahan seorang santri. Karena melihat mempelai wanitanya
tidak jauh dari posisi duduk mereka. Akhirnya mereka bangun dan
mengucapkan selamat sembari mendoakan agar menjadi keluarga sakinah
mawaddah warahmah.
Eh ternyata, dari sanalah datang nya rezeki
tersebut, mereka malah ditawari untuk masuk dan makan bersama dalam
resepsi pernikahan tersebut. Subhanallah, memang rezeki itu bisa datang
dari mana saja dan tanpa kita duga. Hanya saja terkadang kita yang tidak
menyadarinya, karena masih sedikitnya ilmu yang kita miliki. Siapa
yang menyangka di masjid itu sedang ada walimahan? Karena memang tidak
terlihat seperti ada resepsi di sana, dan tentunya tidak ada yang
memberitakan kepada mereka. Siapa sangka kaki yang digerakkan oleh Allah
saat itu untuk ke masjid, adalah salah satu jalan bagi mereka untuk
mendoakan mempelai dan menikmati hidangan resepsi tersebut? Ya tidak ada
yang bisa menduga, hanya Allah sajalah yang mengatur semuanya. Tinggal
bagaimana kita menjalaninya dan mengambil hikmah di setiap kejadian yang
kita alami.
Hanya sekelumit kisah. Wallahu’alam, Semoga memberi hikmah.