dakwatuna.com - Stasiun televisi RCTI
menyiarkan acara bertajuk “Hafiz Indonesia”. Acara yang dibawakan oleh
Irfan Hakim sebagai host ini, melombakan hafalan Al-Quran oleh
anak-anak. Yang menjadi juri pada ajang ini antara lain Lulu Susanti,
Syeikh Ali Jaber, dan Ustadz Amir Faishol Fath.
Pada salah satu
episode di acara ini, menghadirkan 2 orang peserta, yaitu Adi dan
Musa. Adi berusia 4 tahun, berasal dari Tangerang Selatan, dan sudah
hafal 2 Juz. Adi bercita-cita ingin hafal 9 Juz. Sedangkan
Musa berusia 5,5 tahun, berasal dari Bangka, dan telah hafal 29 Juz.
Ketika disebutkan anak ini telah hafal 29 Juz, sebagian penonton seperti
tidak percaya. Kata bapaknya, Musa memang hafal 29 Juz dan masuk 30
juz, kecuali surat An-Nahl dan surat Bani Israil.
Untuk
membuktikannya, Musa lalu dites oleh Syeikh Ali. Irfan Hakim meminta
Syeikh Ali membacakan ayat di manapun, surat berapapun, dan juz
berapapun, lalu Musa yang akan meneruskannya. Kemudian Syeikh Ali
membacakan sebuah ayat di surat Al-Baqarah. Lalu dilanjutkan dengan
lancar oleh Musa. Salah seorang penonton pun menangis menyaksikannya.
Syeikh Ali lalu membenarkan ayat yang dibacakan oleh Musa.
Irfan
Hakim penasaran, lalu meminta Ustadz Amir Faishol Fath untuk turut
mengujinya. Amir Faishol membacakan suatu ayat pada surat Ar-Rahman.
Lalu Musa pun melanjutkan bacaan ayat tersebut dengan lancar. Setelah
disaksikan, Amir Faishol membenarkan bacaan yang diucapkan Musa.
Ternyata
Irfan Hakim masih penasaran lalu menawarkan penonton untuk menguji
Musa. Salah seorang penonton lalu mengajukan diri untuk mengujinya. Pria
ini membacakan salah satu ayat di surat Al-Baqarah, dan lagi-lagi Musa
dapat meneruskannya dengan lancar.
Masih penasaran juga, Irfan
Hakim pun menawarkan lagi kepada penonton untuk menguji Musa. Salah
seorang wanita lalu membacakan salah suatu ayat pada surat Muhammad, dan
lagi-lagi Musa-pun dapat melanjutkannya dengan lancar. Kali ini
penonton mendengarkan dengan seksama bacaan Musa. Pada sesi ini Amir
Faishol sebagai salah seorang juri terlihat menangis tidak dapat menahan
air matanya.
Ketika ditanyakan komentarnya oleh Irfan Hakim, Amir
Faishol semakin menangis, dan penonton pun turut menangis.
“Subhanallah…”, ujar Amir Faishol yang juga pernah menjadi redaksi
dakwatuna.com ini.
Amir Faishol pun beranjak dari kursi juri,
suatu kejadian yang jarang terjadi pada lomba ini. Dia menuju Musa dan
mencium tangan dan keningnya, disaksikan oleh para penonton yang
terharu.
“Ayah bunda semua, inilah sebuah nilai. Bahwa anak kecil
sekalipun dia sangat terbatas kemampuannya, ketika dia menjadi mulia
karena Al-Quran maka kita semua tunduk, karena Allah telah memuliakannya
dengan Al-Quran. Bapak ibu tahu, ini uang, ini kertas (sambil
menunjukkan selembar uang kertas, red). (Uang) ini tidak ada apa-apanya.
Diinjak-injak, tetap dia berharga. Karena apa? Karena nilai. Sekalipun
diinjak dia punya nilai. Dia menjadi berharga. Ini anak tidak punya
kemampuan apa-apa. Tapi karena nilainya membawa Al-Quran, dia menjadi
mulia. Allah memuliakannya.” ujar Amir Faishol terbata-bata.
“Saya
tidak bisa mengatakan apa-apa. Tapi saya merasakan betapa Al-Quran
adalah fitrah manusia. Satu-satunya kitab yang bisa dihafal. Sampai anak
yang paling kecil pun, tidak bisa baca Al-Quran pun, bisa menghafal
Al-Quran. Itulah fitrah manusia.” tambah Amir Faishol.
Syeikh Ali Jaber, pun berkomentar, “Itu sudah membuktikan janji Allah SWT. ‘Kami telah memudahkan Al-Quran untuk dipelajari‘
(Al-Qamar: 17). Saya percaya dan yakin bukan orang tua saja yang
bangga, bukan kita sebagai juri di sini bangga, tapi saya yakin 100%
Allah juga bangga terhadap seorang hamba yang bisa berhasil menjadi
ahlul Quran. Dan saya percaya dan yakin, seperti Musa ini masih banyak
di negeri kita. Mudah-mudahan dengan wujudnya anak-anak seperti ini
Allah berkahi negeri kita”.
Para penonton terharu menyaksikan sesi ini.
Video
sesi lomba tersebut diunggah ke Youtube dengan judul “Hafiz Indonesia
2014 – Musa 5,5 Tahun Dari Bangka Hafal 29 Juz – Membuat Semua Juri
Menangis”, pada hari Ahad (29/6/2014) oleh pengguna YouTube bernama
“Hafiz Indonesia 2014″. (dakwatuna/hdn)